بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Untuk Dindaku. yang slalu datang dan pergi berganti seiring ksetiaannya yang tlah hilang untuk ku,diriku yang slalu dalam pencarian Dinda yang belum jua ada untukku, perkenankan diriku bersyair.....
NYUKANG HARJO, SLAGAI LINGGA, LAM-TENG
Ada teduh dalam tatapan matamu ada cinta yang tulus untuk ku ada kasih yang terdalam dalam bathin mu dalam renta menahan sakit mu kau dekap aku dalam bahasa kasih yang tak pernah kumengerti kau kecup aku dengan bahasa cinta sucimu engkau melindungiku saat aku tak berdaya engkau curahkan tetesan kasih laksana embun yang mendinginkan daun dikala fajar menyengat halus lembut belaian tangan mu memberikan kekuatan untuk ku melewati jalan semu di hidup ku keluh kesah suara parau yang kudengar dalam doamu meminta dari yang khaliq sejuta kebaikan untuk diriku dalam derita yang kau tahan, dalam sakit yang kau simpan jelas tergambar duka yang mendalam kau emban dalam pundak deritamu kau simpan dari kami putra putrimu didalam tatapan syahdu dan sendu kau masih diam dan kelu kau meminta untuk beristirahat dalam kesendirianmu mencoba untuk menjauh, karena satu, kau tak mau membagikan duka mu tubuh mu semakin tak berdaya, menahan sakit yang amat menyiksa namun bening tatapan matamu masih memancarkan cinta yang terdalam yang kau punya kau bawa sejuta cinta dan kasih mu, dalam fajar pagi yang hangat melepaskan berjuta-juta beban dalam tubuh mu dalam larikan nafas akhirmu, kau hempaskan sejuta nestafa yang selama ini mengandoli tubuh mu meminta setitik cinta dari tuhan mu untuk jalan kembali

Rabu, 13 Juli 2011

Matematika Al-qur'an

Teori Psiko sibernetika mengatakan, pencapaian manusia dalam menjalani hidup tercermin dari arus informasi yang terekam dalam memori. Beragam informasi yang dicerna oleh memori itu berbentuk simbol-simbol. Bila simbol Rp atau $ begitu kuat melekat dalam memori seseorang, bisa dipastikan orang tersebut selalu mengejar uang dan materi. Atau barangkali simbol mobil mewah yang begitu melekat pada memori seseorang, maka bisa dikatakan orang tadi senang akan kemewahan. Bagaimana dengan Anda, simbol manakah yang selalu muncul dibenak dan memori Anda?
Pastilah Anda tidak asing dengan simbol angka “5”, hal ini terkait kewajiban kaum muslimin dalam menunaikan shalat lima waktu sehari semalam. Sadar atau tidak, saat mendirikan shalat sebenarnya kita mengarahkan atau memfokuskan memori guna merekam simbol angka 5 itu.
Rasanya, tak banyak juga yang menyadari kalau memori (baca; otak) juga memotret dengan akurat simbol Ka’bah, kiblat kaum muslimin sejagat. Ka’bah sendiri bukan cuma sekali atau dua kali tertuang dalam Al-Qur’an. Allah Swt. sering kali mengingatkan dimana pun kita berada hendaklah memalingkan wajah ke arah kiblat, Ka’bah. Simak QS al-Baqarah (2): 149-150 berikut ;

“Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”

Apa sesungguhnya makna dari “memalingkan wajah ke arah Masjidil Haram, yang ditengahnya berdiri Ka’bah”? Ka’bah “hanyalah” terbuat dari batu. Namun Ka’bah itulah, yang disebut Baitullah, dirindukan, dan juga terekam dalam memori miliaran umat muslim dunia. Pertanyaannya, Islam mengharamkan menyembah berhala bahkan menjadi dosa yang tak terampuni, bukankah shalat menghadap Ka’bah sama saja menyembah berhala?. Mengapa Baitullah terbuat dari batu?
Memang, dari sini juga menimbulkan beragam jawaban, Salah satunya adalah bahwa shalat menghadap ke Ka’bah adalah sebagai tujuan dan pemersatu. Pemersatu dalam hal apa? Apakah sekedar pemersatu dalam shalat saja? Bisa jadi begitu, pasalnya, saat ini Islam terpecah menjadi entah berapa golongan, dan masing-masing golongan merasa paling benar. Dan parahnya lagi, kadang-kadang mereka menganggap orang atau golongan lain itu sesat dan bermacam hujatan yang belum tentu sama seperti apa yang dituduhkan.
Pertanyaan lain, mengapa Ka’bah terbuat dari batu? Kenapa harus kubus? Pertanyaan yang aneh!!. Mungkin begitu yang ada dalam benak kita. Namun beranjak dari pertanyaan yang terkesan aneh dan lucu itu, akan didapat jawaban yang mengagumkan. Jawaban yang membukti bahwa Allah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS Al-Qamar, 54 : 49). Ukuran? Ya. Sesuatu disebut berukuran, jika dikaitkan dengan angka-angka. Bisa juga berkaitan dengan simbol huruf. Mari kita sibak misteri Ka’bah! Dan mengapa kita shalat menghadapkan muka kita ke Ka’bah.


Batu dan Angka 99

Sudah diketahui oleh semua umat Islam bahwa Ka’bah dibina oleh Nabi Ibrahim as. yang dibantu oleh puteranya, Nabi Ismail. Berdasarkan urutan nabi yang kita ketahui, Nabi Ibrahim adalah nabi ke-6. Sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, untuk mendapatkan arti atau makna dari sebuah angka, maka dikorelasikan dengan variabel Al-Qur’an.
Sebelum kita mengkorelasikan angka 6 dengan urutan surah, kita akan mengkaji dengan cara yang lain, salah satunya adalah menghitung angka itu sesuai deret hitung. Maka, jika angka 6 (enam) dideret hitungkan, hasilnya adalah 21 (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6). Nah, angka 21 jika disubsitusikan menjadi urutan surah Al-Qur’an, maka surah ke-21 adalah al-Anbiyaa’ yang artinya Nabi-nabi. Oleh karenanya sangatlah beralasan jika Nabi Ibrahim mendapat julukan Bapak Para Nabi.
Qs. Al-Anbiyaa’ memiliki ayat sebanyak 112 ayat. Sedang surah ke-112 Al-Qur’an adalah al-Ikhlas. Keikhalasan Nabi Ibrahim tidak perlu diragukan lagi. Bertahun-tahun beliau menginginkan seorang anak, tapi begitu mendapatkan malah diperintahkan Allah untuk disembelih. Arti lain dari al-Ikhlash adalah Memurnikan KeEsaan Allah. Dari uraian ini saja kita sudah mendapatkan jawaban mengapa kita shalat menghadap ke Ka’bah, yaitu shalat merupakan sarana untuk Memurnikan Ke-Esaan Allah. Murni, berarti tidak tercampur oleh apapun, jadi ketika kita shalat tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi.
Selain berdasarkan uraian di atas yang merujuk pada al-Anbiyaa’, hal ini juga merupakan penegasan kepada Rukun Iman kita, yaitu percaya kepada Nabi. Artinya, shalat menghadap ke Ka’bah sekaligus memberikan penghormatan dan salam kepada Para Nabi yang telah berjuang dan bersusah payah memperbaiki akhlak manusia, untuk selalu dan senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah Swt. Menjalankan perintah dan menjauhi apa yang dilarang.
Di sisi lain, jika angka 6 diposisikan menjadi urutan surah Al-Qur’an, maka surah ke-6 adalah al-An’aam, artinya binatang ternak, dengan total ayat sebanyak 165 ayat. Penjumlahan antara nomer surah dengan jumlah ayatnya adalah 6 + 165 = 171. Apa makna angka 171?
Kalau angka 21 di atas merupakan deret hitung dari 1 s/d 6, ternyata angka 171 juga merupakan deret hitung dari 1 sampai dengan 18. Coba hitung dengan cermat penjumlahan 1 + 2 + 3 + 4, dan seterusnya sampai 18. Pemampatan angka 18 dan 171 memiliki nilai yang sama, yaitu 9.
Maksudnya, jika angka 171 dipampatkan nilainya 9 (1 + 7 + 1). Begitu juga 18 dipampatkan nilainya 9 (1 + 8). Dari pemampatan ini kita mendapatkan dua angka baru, yaitu 9. Nah, bila kedua angka hasil pemampatan itu disandingkan, akan menghasilkan nilai “baru”, yaitu 99.
Semua muslim di dunia pasti langsung “ngeh” dengan angka 99. Angka ini merupakan jumlah Asmaul Husna (asma Allah). Hal ini jelas suatu keseimbangan yang sudah diatur. Apakah ini sebuah kebetulan? Tidak. Karena tidak ada yang kebetulan di dunia ini.
Mari kita uji lagi. Suatu hal yang pasti, bahwa Ka’bah terbuat dari batu. Surah yang artinya batu dalam Al-Qur’an adalah al-Hijr yang merupakan surah ke-15 Al-Qur’an. Ajaibnya, total ayat surah al-Hijr (15) adalah sebanyak 99 ayat.
Ada kesamaan nilai 99, antara Ka’bah yang disimbolisasikan dengan batu dan Nabi Ibrahim sebagai urutan nabi ke-6. Sehingga semakin jelaslah bagi kita mengapa Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim mendirikan Ka’bah dengan batu. Begitu istimewanya Nabi Ibrahim, hingga Allah menjadikan namanya menjadi judul surah dalam Al-Qur’an. Qs. Ibrahiim adalah surah ke-14 Al-Qur’an dengan total ayat sebanyak 52 ayat.
Dapet lagi khan alasan mengapa kita shalat menghadap ke Ka’bah!!, Yaitu, shalat juga merupakan sarana penegasan akan keimanan kita, yaitu beriman kepada Allah Swt dengan senantiasa mengagungkan asama-Nya melalui kalimah Asma’ul Husna (angka 99).
Seperti kita ketahui, Ka’bah dibangun di atas tanah Haram. Jika kita menambahkan nomer surah Ibrahim (surah ke-14) dengan jumlah ayatnya (52 ayat), maka 14 + 52, hasilnya adalah 66. Selanjutnya angka 66 ini kita rujuk menjadi urutan surah, maka surah ke-66 adalah at-Tahrim, artinya Yang Diharamkan. Oleh karenanya tak mengherankan jika ketika kita berada di Masjidil Haram, banyak sekali hal yang diharamkan. Bagi kita “apa saja yang diharamkan” itu menjadi semakin sangat jelas terutama saat menunaikan ibadah haji atau umrah.

Ka’bah dalam Angka

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan) kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah, 2 : 127)

Sekarang kita urai nama Ibrahim dan Ismail berdasarkan urutan huruf-hurufnya. Berikut uraiannya ;
ALIF = huruf ke-1
BA = huruf ke-2
RA’ = huruf ke-10
HA = huruf ke-27
YA’ = huruf ke-30
MIM = huruf ke-24

Maka, 1 + 2 + 10 + 27 + 30 + 24 = 94. Surah ke-94 adalah Alam Nasyrah. Qs. Alam Nasyrah (94) total ayatnya sebanyak 8 ayat.
Sedangkan nilai dari ISMAIL (Nabi Ismail) adalah 108. Perhitungannya adalah ;

ALIF = huruf ke-1
SIN = huruf ke-12
MIM = huruf ke-24
‘AIN = huruf ke-18
YA’ = huruf ke-30
LAM = huruf ke-23

Maka, 1 + 12 + 24 + 18 + 30 + 23 = 108. Sedangkan surah ke-108 adalah al-Kautsar dengan total ayat sebanyak 3 ayat.
Seperti dijelaskan dalam Qs. al-Baqarah (2): 127, dasar-dasar Ka’bah didirikan atau dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Sekarang mari kita tambahkan nilai huruf (Arab) Ibrahim dengan Ismail.
Hasil penjumlahan dari kedua kata itu adalah 94 (nilai kata Ibrahim) + 108 (nilai kata Ismail), hasilnya adalah 202. Apa makna angka 202?
Untuk memaknai angka 202, maka kita akan mengkorelasikan ke dalam variabel Al-Qur’an.
Di dalam Al-Quran, surah ke-202, jelas tidak ada. Surah yang memiliki 202 ayat pun tidak ada. Namun ada juz yang mempunyai ayat berjumlah 202 ayat, yakni Juz 18. Bukahkah angka ini sama dengan perhitungan kita sebelumnya (deret hitung 1 s/d 18 adalah 171)?
Juz 18 terdapat tiga surah, yaitu al-Mu’minuun (orang-orang yang beriman), an-Nuur (cahaya) dan al-Furqan (pembeda). Melihat arti dari ketiga surah itu kita mendapatkan lagi alasan mengapa shalat menghadap ke Ka’bah. Yaitu, shalat merupakan bukti bahwa kita benar-benar seorang yang beriman (al-Mu’minuun), shalat dapat mencerahkan (an-Nuur) kehidupan manusia dari carut marutnya masalah dunia yang dihadapi. Jelas, shalat merupakan pembeda (al-Furqan) antara mu’min dan kafir. Subhanallah!!!
Mari kita lakukan perhitungan dengan cara lain. Karena surah ke-202 tidak ada di dalam Al-Qur’an, maka kurangkan angka 202 dengan 114. Mengapa dikurangkan dengan 114? Karena total keseluruhan surah di dalam Al-Qur’an adalah sebanyak 114 surah. Hasilnya adalah 88.
Surah ke-88 Al-Qur’an adalah al-Ghasyiyah yang memiliki ayat sebanyak 26 ayat. Sekarang jumlahkan nomer surah dengan jumlahnya, maka hasilnya adalah 114 (88 + 26). Angka 114 sama dengan jumlah total surah Al-Qur’an.
Menakjubkan!!!, bahwa angka 114 ini juga ada kesamaan nilai dengan Ka’bah yang terbuat dari batu. Surah yang artinya batu adalah al-Hijr (surah ke-15) dengan jumlah ayat sebanyak 99. Dengan cara yang sama, yaitu menjumlahkan nomer surah dengan jumlah ayatnya, maka hasilnya adalah juga 114 (15 + 99). Menakjubkan lagi!!! Bahkan nilai ini (114) juga sama persis dengan penjumlahan dari nilai berdasarkan nama Ibrahim dan Ismail. Mari kita simak lagi ilustrasi di bawah ;

Diketahui bahwa nilai dari kata Ibrahiim adalah 94 sedangkan nilai dari kata Ismail adalah 108. Maka apabila kedua angka itu dijadikan sebagai urutan surah, yaitu ;
Qs. Alam Nasyrah (surah ke-94) total ayatnya sebanyak 8
Qs. Al-Kautsar (surah ke-108) total ayatnya sebanyak 11

Perhitungannya adalah ;
Berdasar nomer surah adalah 94 + 108 = 202
Berdasar jumlah ayat adalah 8 + 3 = 11
Jika kita tambahkan semua, hasilnya adalah 202 + 11 = 213

Sama dengan cara di atas, karena tidak ada surah ke-213 dalam Al-Quran, maka kita kurangkan angka 213 dengan 114 , hasilnya adalah 99. Bukankah angka 99 merupakan jumlah ayat dari surah al-Hijr?.
Jadi jika disimpulkan dari perhitungan-perhitungan di atas, alasan mengapa shalat menghadap ke Ka’bah adalah sebagai berikut ;
1. Shalat harus dilandasi dengan keikhlasan (Qs. al-Ikhlas)
2. Shalat adalah sarana untuk Memurnikan KeEsaan Allah Swt. (Qs. al-Ikhlas)
3. Shalat merupakan sarana untuk mengagungkan Asma Allah (99 = Asma’ul Husna)
4. Shalat menghormati Para Nabi dan pendirinya. Oleh karena itu ketika shalat kita juga mengucapkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan Rasulullah (Qs. al-Anbiyaa’)
5. Shalat dapat melapangkan apa yang menjadi kesempitan kita (Qs. Alam-Nasyrah)
6. Shalat merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang banyak dari Allah Swt. (Qs. Al-Kautsar)
7. Shalat yang didirikan merupakan perintah dan kewajiban bagi semua umat manusia (Qs. An-Naas)
8. Shalat menegaskan keimanan sekaligus bukti bahwa kita beriman kepada Allah Swt. (Qs. al-Mu’minuun)
9. Shalat merupakan cahaya Illahi yang dapat menerangi manusia dari gelapnya dunia (Qs. an-Nuur)
10. Shalat merupakan pembeda antara orang mu’min dan kafir (Qs. al-Furqan)
11. Shalat merupakan kewajiban yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an (angka 114 = jumlah surah Al-Qur’an)
12. Shalat senantias mengingatkan kita untuk selalu berpegang kepada Al Qur’an dan Sunah. (angka 114 = jumlah surah Al-Qur’an/Rasulullah adalah Al-Qur’an yang berjalan)

Awal Rumus Lingkaran

Ada dua hal yang sering dilakukan manusia ketika berada di dekat Ka’bah, yaitu shalat dan thawaf. Kalau sebelumnya sudah dijelaskan kaitan shalat dengan Ka’bah, sekarang mari kita coba telaah hubungan antara thawaf dengan Ka’bah.
Thawaf merupakan salah satu rukun haji, yaitu mengelilingi Ka’bah. Sebagaimana kita ketahui, thawaf adalah berjalan keliling yang membentuk lingkaran dan dilakukan sebanyak tujuh kali. Di dalam rumus luasan atau keliling lingkaran selalu digunakan alat ukur yang disebut phi yang besarnya 22/7.
Angka 22 dan 7 mempunyai korelasi dengan ibadah haji dan rukun thawaf. Surah yang artinya haji adalah surah ke-22, yakni al-Hajj. Thawaf membentuk lingkaran sebanyak 7 kali. Lihat kombinasi angkanya : 22 dan 7. Persis sama dengan phi lingkaran yakni 22/7.
Lingkaran juga dapat dikaitkan dengan jari-jari. Manusia normal memiliki 20 jari. Angka ini dijadikan urutan surah Al-Qur’an: surah ke-20 adalah Thaahaa dengan total ayat sebanyak 135. Maka nilai keseluruhan surah Thaahaa adalah 155 (20 + 135). Apa makna angka 155? Jelas tidak ada surah ke-155. Tidak pula ada ayat dengan jumlah sebanyak 155. Namun ada juz yang jumlah ayatnya sebanyak 155, yaitu Juz 13.
Banyak kalangan mempercayai mitos bahwa angka 13 sebagai pembawa sial. Kami berharap pembaca dapat menangkap makna angka 13 dengan menelaah uraian di atas.
Pada Juz 13, terdapat 4 surah, sama dengan jumlah bidang Ka’bah yang di kelilingi pada saat Thawaf. Dua surah terakhir Juz 13 adalah Qs. Ibrahiim dan al-Hijr. Di sini semakin jelas korelasi antar angka dari uraian di atas. Uraian ini semakin mengukuhkan keyakinan kita bahwa segala sesuatu sudah diperhitungkan atau merupakan perhitungan yang super cermat dan akurat. Wallahu’alambishawwab
Gus AA (Redaksi Majalah khalifah)

Tidak ada komentar: